Karir
akademik bisa jadi adalah pilih nomor sekian dibandingkan karir di bidang
industri, perbankan atau wiraswasta. Hal ini sebagian besar dipicu karena
gaji yang relatif lebih kecil dibanding dengan bidang karir yang lain. Faktor
pemicu lain adalah jenjang pendidikan, hanya dengan jenjang pendidikan S1
seorang yang berkarir di bidang industri atau perbankan dapat memiliki gaji
jauh melampaui sesorang Dosen dengan jenjang pendidikan S2. Belum lagi masalah
sempitnya ruang lingkup lapangan kerja karir Dosen, sehingga sangat jarang kita
mendengar seorang Dosen diperebutkan beberapa institusi dengan tawaran gaji
atau karir yang lebih baik.
Namun itu
adalah cerita lama, mengutip dari tulisan Profesor Rhenald Kasali tentang Naiknya "harga" Dosen,
karir akademisi khususnya dosen akan segera memasuki babak baru. Permendikbud No 84/2013 yang dikeluarkan
Mendikbud 12 Juli 2013 berisi penataan Perguruan Tinggi yang memberi value yang
lebih baik bagi para dosen. Dalam peraturan tersebut kita dapat menemukan bahwa
jumlah tenaga pengajar yang dapat menjadi dosen tetap akan lebih tersaring, lebih selektif, mengerucut
dan harusnya lebih berkualitas. Karir yang tidak terlalu dipertimbangkan oleh
para lulusan perguruan tinggi kini akan mulai dilirik, terutama lulusan dengan kemampuan akademik yang baik . Ini berarti
para dosen akan menjadi lebih muda, berpendidikan, tertata,
kariernya lebih jelas, lebih fokus, dan jenjang akademisnya lebih dihargai. Dan
tentu harganya akan lebih mahal.
Selain memberi angin segar bagi dosen, peraturan ini
memberi tantangan tersendiri bagi para rektor. Kampus-kampus PTS yang ingin mengejar reputasi dan akreditasi
yang tinggi, tentu akan mengejar status dan jumlah dosen tetap.
Memperebutkannya dari “pasar” tenaga akademik yang akan lebih terbatas itu. Walaupun
mereka akan tetap memiliki kriteria yang lebih melayani, punya panggilan
Tridharma perguruan tinggi yang kuat, dan disiplin. Dosen PTN yang
kurang terperhatikan bukan tidak mungkin akan berpindah ke PTS. Dengan demikian, perpindahan dosen antar kampus, sekalipun akan
dihambat, tak lagi dapat dihindarkan.
Saat ini para petinggi PTS mulai
gencar menghubungi alumni-alumni potensial untuk direkrut menjadi dosen muda,
dengan tawaran gaji dan beasiswa S2 yang menarik. Untuk apa, tentunya mengejar jumlah
dosen tetap. Hal yang lebih “radikal” berani mereka lakukan dengan secara
fulgar menyatakan kesediaan PTS untuk "membajak" dosen-dosen bergelar S2 yang
belum memiliki NIDN, untuk hal ini saya mengalaminya sendiri dan lebih dari sekali. Situs Jobstreet pun sudah mulai memuat lowongan kerja dosen yang menawarkan
gaji menggiurkan, hingga ada yang mencapai nilai belasan juta per bulan bagi
yang berpengalaman.
Jadi ga jauh beda sama Guru SD. Sekarang udah berlomba-lomba masuk PGSD. Selain karena kebutuhannya banyak, kesejahteraan meningkat sejak adanya banyak tunjangan dari pemerintah.
BalasHapusTapi posisi ini (kerja di bidang Akademik) masih ketergantungan sama Permen dsb. Jadi ya gitu... kalo pemerintahnya pro akan berkembang. Kalau ngga.... yaaasudah :-D
Semoga saja pemerintahnya pro,hehe...
HapusIni hal yang bagus untuk akademisi dan untuk kemajuan pendidikan, asalkan pihak pemerintah punya tools yg baik buat mengevaluasi kinerja akademisi dalam memberi tunjangan. Jangan sampai tunjangannya salah sasaran, tidak efektif, lalu diprotes, lalu dinilai tidak cocok dan akhirnya dicabut.