Minggu, 14 Juni 2015

Babak Baru Karir Akademisi

Karir akademik bisa jadi adalah pilih nomor sekian dibandingkan karir di bidang industri, perbankan atau wiraswasta.  Hal ini sebagian besar dipicu karena gaji yang relatif lebih kecil dibanding dengan bidang karir yang lain. Faktor pemicu lain adalah jenjang pendidikan, hanya dengan jenjang pendidikan S1 seorang yang berkarir di bidang industri atau perbankan dapat memiliki gaji jauh melampaui sesorang Dosen dengan jenjang pendidikan S2. Belum lagi masalah sempitnya ruang lingkup lapangan kerja karir Dosen, sehingga sangat jarang kita mendengar seorang Dosen diperebutkan beberapa institusi dengan tawaran gaji atau karir yang lebih baik.



Namun itu adalah cerita lama, mengutip dari tulisan Profesor Rhenald Kasali tentang Naiknya "harga" Dosen, karir akademisi khususnya dosen akan segera memasuki babak baru.  Permendikbud No 84/2013 yang dikeluarkan Mendikbud 12 Juli 2013 berisi penataan Perguruan Tinggi yang memberi value yang lebih baik bagi para dosen. Dalam peraturan tersebut kita dapat menemukan bahwa jumlah tenaga pengajar yang dapat menjadi dosen tetap akan lebih tersaring, lebih selektif, mengerucut dan harusnya lebih berkualitas. Karir yang tidak terlalu dipertimbangkan oleh para lulusan perguruan tinggi kini akan mulai dilirik, terutama lulusan dengan kemampuan akademik yang baik . Ini berarti para dosen akan menjadi lebih muda,  berpendidikan,  tertata, kariernya lebih jelas, lebih fokus, dan jenjang akademisnya lebih dihargai. Dan tentu  harganya akan lebih mahal.

Selain memberi angin segar bagi dosen, peraturan ini memberi tantangan tersendiri bagi para rektor. Kampus-kampus PTS yang ingin mengejar reputasi dan akreditasi yang  tinggi, tentu akan mengejar status dan jumlah dosen tetap. Memperebutkannya dari “pasar” tenaga akademik yang akan lebih terbatas itu. Walaupun mereka akan tetap memiliki kriteria yang lebih melayani,  punya panggilan Tridharma perguruan tinggi yang kuat, dan disiplin. Dosen PTN yang kurang terperhatikan bukan tidak mungkin akan berpindah ke PTS. Dengan demikian, perpindahan dosen antar kampus, sekalipun akan dihambat, tak lagi dapat dihindarkan.

Saat ini para petinggi PTS mulai gencar menghubungi alumni-alumni potensial untuk direkrut menjadi dosen muda, dengan tawaran gaji dan beasiswa S2 yang menarik. Untuk apa, tentunya mengejar jumlah dosen tetap. Hal yang lebih “radikal” berani mereka lakukan dengan secara fulgar menyatakan kesediaan PTS untuk "membajak" dosen-dosen bergelar S2 yang belum memiliki NIDN, untuk hal ini saya mengalaminya sendiri dan lebih dari sekali. Situs Jobstreet pun sudah mulai memuat lowongan kerja dosen yang menawarkan gaji menggiurkan, hingga ada yang mencapai nilai belasan juta per bulan bagi yang berpengalaman.

Dengan kembali mengutip tulisan Prof. Rhenald Kasali, Semua terpulang siapa yang bersedia memberi “tempat yang lebih layak”, lebih kompetitif, lebih manusiawi, lebih punya reputasi, dengan mahasiswa yang berkualitas, dan  memberi ruang bagi kebebasan mimbar akademik.

2 komentar :

  1. Jadi ga jauh beda sama Guru SD. Sekarang udah berlomba-lomba masuk PGSD. Selain karena kebutuhannya banyak, kesejahteraan meningkat sejak adanya banyak tunjangan dari pemerintah.

    Tapi posisi ini (kerja di bidang Akademik) masih ketergantungan sama Permen dsb. Jadi ya gitu... kalo pemerintahnya pro akan berkembang. Kalau ngga.... yaaasudah :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga saja pemerintahnya pro,hehe...
      Ini hal yang bagus untuk akademisi dan untuk kemajuan pendidikan, asalkan pihak pemerintah punya tools yg baik buat mengevaluasi kinerja akademisi dalam memberi tunjangan. Jangan sampai tunjangannya salah sasaran, tidak efektif, lalu diprotes, lalu dinilai tidak cocok dan akhirnya dicabut.

      Hapus

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com